Selasa, 24 November 2020

LMS Kelas Maya pada Rumah Belajar

Kelas Maya di Rumah Belajar merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam jaringan (online) antara siswa dan guru kapan saja, di mana saja.

Dalam rangka mengoptimalkan pengembangan dan pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dan kebudayaan, Pusdatin Kemendikbud mengembangkan fasilitas pembelajaran melalui media jaringan (online) melalui fitur Kelas Maya, Rumah Belajar.

Portal Rumah Belajar ini merupakan salah satu usaha untuk memfasilitasi proses pembelajaran melalui media jaringan atau secara online. (Kurniawan, 2017). Portal Rumah Belajar menyediakan konten-konten multimedia pembelajaran sebagai sumber belajar dan fasilitas pembelajaran jarak jauh secara online melalui fitur Kelas Maya.

Kelas Maya di Rumah Belajar merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam jaringan (online) antara siswa dan guru kapan saja, di mana saja. Pada waktu tertentu yang terjadwal oleh guru, siswa dapat mengikuti pembelajaran virtual dengan pendidik melalui alat komunikasi synkronous (chat, video conference, audio conference, desktop sharing, whiteboard).

Strategi pembelajaran di Kelas Maya lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada siswa sehingga mendorong keterampilan siswa Pembelajaran kelas maya ini menggunakan teknologi pembelajaran (Rumah Belajar) untuk merancang, menyampaikan, dan mengatur pembelajaran formal dan informal serta berbagi pengetahuan, sehingga model pembelajaran kelas maya ini dirancang sebagai pelengkap kegiatan pembelajaran di kelas dengan lebih banyak pada aktivitas asynkronous berdasarkan fasilitas TIK yang tersedia di sekolah.

Apakah Bapak/ibu pengguna baru untuk Kelas Maya Rumah Belajar, silakan akses  panduan tertulisnya pada : Panduan Kelas Maya. Atau bisa juga simak video tutorial berikut.









Bapak/Ibu Guru masih ada pertanyaan? Silakan simak FAQ mengenai Kelas Maya Rumah Belajar pada : FAQ Kelas Maya



Senin, 19 Oktober 2020

Tatap Muka Virtual dalam Pembelajaran, Rapat dan Webinar

 Kondisi seperti sekarang ini, inovasi harus terus dikembangkan, khususnya yang berbasis e-learning. Salah satu metode pembelajaran berbasis e-learning yang sedang ngetrend sekarang adalah penggunaan aplikasi Zoom Cloud Meetings yang kami gunakan karena  bisa memberi materi, membagikan soal dan bahkan bertanya jawab dengan siswa secara daring dengan bantuan internet. 

Kami gunakan aplikasi zoom cloud meeting dalam pembelajaran. Aplikasi Zoom Cloud Meetings adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan seorang host untuk membuka sebuah ruang virtual dan mengundang participants untuk turut mengikuti kegiatan berupa presentasi, rapat dan pembelajaran di ruang tersebut.

Untuk bisa melakukan tatap muka virtual, harus ada laptop atau gawai pribadi beserta perangkat pendukung seperti headset, microphone, dan paket kuota internet. Belum lagi, setiap tatap muka virtual membutuhkan ruangan khusus yang tenang dan waktu khusus. Kondisi di rumah dan di sekolah tentu jauh berbeda.  

Di sini, peluang terjadinya gangguan sangat besar. Bahkan, untuk murid, pendampingan orangtua memiliki peran yang tidak sedikit. Jika orangtua harus bekerja, peluang dan tantangan semakin bertambah. 

Pembelajaran dengan Zoom Meeting

Namun jumlah kuota yang dikeluarkan saat streaming, baik melalui zoom atau aplikasi lain, jauh lebih besar dan mahal. Jika kita memilih bentuk lain, misalnya video, power point, game interaktif, maka kuota yang dibutuhkan lebih sedikit. Kelebihan lainnya adalah terbukanya waktu belajar bagi anak.

Menapa anak-anak menyukai game dan youtube? Salah satunya adalah gerak dinamis perpaduan antara gambar, teks, warna, dan video lainnya yang menarik.

Zoom sangat membantu para guru, murid dan orang tua dalam melaksanakan pembelajaran online. Ini adalah salah satu solusi dan inovasi terkait e-learning dan pembelajaran abad 21 yang erat kaitannya dengan Revolusi Industri 4.0 yang sedang berlangsung.


Dalam penyelenggaraan rapat secara virtual, diperlukan teknologi agar para peserta rapat dapat saling berkomunikasi dan berkoordinasi secara baik, salah satunya adalah perangkat lunak aplikasi layanan konferensi video sebagai media komunikasi pertemuan jarak jauh. Sejauh ini penulis sudah pernah menggunakan aplikasi ZOOM, Cisco Webex,  Google Meet serta Microsoft Teams untuk keperluan meeting secara tatap maya. 

Selain untuk pembelajaran juga kami gunakan dalam kegiatan webinar untuk sosialisasi memperkenalkan portal Rumah Belajar dalam kegaiatan webinar series Peningkatan TIK Guru dalam Pembelajaran melaui webinar Bangka Tengah Berbagi Inovasi bersama Rumah Belajar, Asa Kawa Pacak (Bateng Bedincak bersama Rumbel) di Kabupaten Bangka Tengah dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Tengah.

Kegiatan Webinar

Dalam pemanfaatan aplikasi terbuka, perlu dipastikan faktor keamanannya. Aspek keamanan tersebut meliputi keamanan data, keamanan peserta serta keamanan jaringan. Tantangan lainnya adalah dari segi kekuatan jaringan. Salah satu kendala besar dalam pelaksanaan rapat virtual adalah akses internet yang lambat. Jaringan internet yang buruk akan membuat rapat terhambat, misalnya informasi dari narasumber tidak dapat terdengar jelas, sehingga dapat mengakibatkan rapat menjadi kurang efektif dan pesan dari komunikasi tidak tersampaikan dan  tidak berjalan lancar serta keterbatasan waktu pada pengguna zoom yang bukan premium hanya 40 menit. Namun itu juga merupakan kendala yang tidak begitu berarti karena setelah peserta keluar dari meeting tersebut akan  bisa masuk dan bergabung kembali.

Pada saat rapat virtual atau tatap maya ada harus kamu lakukan dan tidak boleh lakukan ketika mengikuti meeting online Siapkan Ruang Khusus untuk Meeting Online, Pastikan juga lokasi yang pilih untuk meeting online memiliki pencahayaan yang cukup. Usahakan agar wajah kamu terlihat jelas di layar device para peserta meeting online lainnya. Selain itu, sebaiknya jangan duduk terlalu jauh atau terlalu dekat kamera. Ambillah jarak yang sesuai. Posisi terbaik yang bisa kamu ikuti adalah pastikan kamera laptop sejajar dengan mata. Dan untuk memberikan kesan profesional selama meeting online berlangsung, rapikan area di belakang kamu. Jangan biarkan ada tumpukan baju yang menjadi distraksi bagi para peserta rapat lainnya. Kamu pun sebaiknya mengenakan pakaian yang sopan. Melakukan pengetesan sebelum meeting online berlangsung, mengaktifkan tombol camera video, mengaktifkan tombol mute ketika tidak sedang berbicara dalam forum, memberikan sinyal ketika ingin berbicara seperti mengangkat tangan pada tombol rise hand maupun secara langsung. 

Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Model Pembelajaran Flipped Classroom Berbasis Portal Rumah Belajar Kelas 5 SD Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

Dewasa ini telah pandemi Covid-19 telah melanda kehidupan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Namun perkembangan teknologi revolusi industri 4.0 tetap tidak dapat dihindari.Termasuk di dalamnya terjadi dalam dunia pendidikan. Revolusi 4.0 mengakibatkan terjadinya perubahan secara cepat, di mana industri mulai menyentuh semua sendi kehidupan manusia yang menghubungkan antara manusia, mesin dan data melalui internet dan digitalisasi.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, tantangan dalam revolusi 4.0 tidak dapat dihindari lagi kedatangannya. Kemudahan dalam mengakses data, menghubungkan manusia walau berbeda jarak dan waktu semua terkoneksi melalui teknologi digital. Perubahan ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan dalam proses pembelajaran, di mana pembelajaran sudah memanfaatkan sistem informasi digital. Kondisi ini membuat pembelajaran tidak lagi berbatas kepada ruang dan waktu., dan tidak lagi berpusat pada guru sebagaimana pembelajaran konvensional.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang menunjukkan interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.  Pembelajaran di kelas pada umumnya menunjukkan bagaimana proses belajar dan mengajar antara peserta didik dan pendidik yang terjadi di dalam kelas. Ketika terjadi revolusi 4.0, maka pembelajaran mengalami pergeseran makna yang lebih luas di mana akses peserta didik untuk belajar tidak hanya bersumber kepada pendidik tetapi sangat luas jangkauannya oleh keberadaan teknologi sehingga tidak ada lagi batasan waktu dan tempat bagi peserta didik untuk belajar.

Menurut Yasmin (2009), tujuan pembelajaran adalah mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif adalah ranah pembelajaran yang terkait pada hasil belajar intelektual, aspek afektif berkaitan dengan sikap peserta didik dalam pembelajaran, dan aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan peserta didik berketerampilan dan berkemampuan. Guru harus mampu menempatkan diri sebagai pendidik yang memiliki keterampilan berteknologi dalam menghadapi perubahan pembelajaran berbasis informasi digital, tetapi juga harus mampu menjadi seorang pendidik yang berkarakter yang dapat menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

SD Negeri 6 Lubuk Besar merupakan sekolah dasar yang berlokasi di Kabupaten Bangka Tengah.. Keberadaan sekolah ini berada pada wilayah kecamatan  mayoritas peserta didiknya berasal dari masyarakat desa di sekitar wilayah sekolah berada. Masyarakat desanya pun memiliki mata pencaharian yang homogen karena  mayoritas orang tua dari peserta didik bermata pencaharian sebagai nelayan,pekebun dan penambang timah konvensional. Selain struktur mata pencaharian yang homogen, rata-rata latar belakang pendidikan orang tua dari peserta didik di SDN 6 Lubuk Besar adalah tamatan SD dan SMP. Kondisi ini membawa pengaruh kepada motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik yang cenderung rendah.

Selain itu, dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0., SDN 6 Lubuk Besar memiliki keterbatasan dalam sarana dan prasarana. Keterbatasan sarana TIK di sekolah seperti tidak adanya perangkat komputer untuk siswa mengakibatkan siswa tidak bisa dalam memanfaatkan teknologi komputer disekolah. Akses internet yang digunakan peserta dalam kegiatan belajar masih sangat rendah. Kepemilikan gawai dengan koneksi internet lebih banyak digunakan peserta didik untuk bersosial media atau bermain game.



 

Selain faktor keterbatasan sarana dan prasarana, peran tenaga pendidik di SDN 6 Lubuk Besar belum optimal dalam memanfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajaran. Pemanfaatan TIK masih sebatas pada pengolahan nilai raport dan minimal beberapa sudah mulai menggunakan proyektor di kelas pada saat kegiatan pembelajaran. Peneliti merupakan guru kelas di SDN 6 Lubuk Besar pada awalnya merasa tertarik untuk memanfaatkan TIK dalam kegiatan pembelajaran. Ketertarikan ini semakin kuat dengan didukung atas ikut serta nya peneliti dalam kegiatan Diklat PembaTIK dalam kegiatan  yang dilaksanakan oleh Pusdatin Kemdikbud dengan portal rumah belajar melalui laman https://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id

Rumah belajar adalah sebuah portal yang dikembangkan kementerian pendidikan dan kebudayaan melalui Pusdatin yang berisi pembelajaran berbasis TIK online yang dapat diakses seluruh masyarakat tanpa dipungut biaya. Salah satu fitur utama dalam rumah belajar yang dapat dijadikan bahan untuk model pembelajaran flipped classroom adalah fitur sumber belajar. Fitur ini dapat menjadi sarana pembelajaran yang tidak berbatas ruang dan waktu. Peserta didik dapat belajar di mana, saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Dengan berbekal ilmu yang didapat saat mengikuti kegiatan Bimtek Pembelajaran Berbasis TIK, peneliti mencoba menerapkan sebuah model pembelajaran flipped classroom yang berbasis portal rumah belajar. Adapun model pembelajaran flipped classroom merupakan model pembelajaran di mana peserta didik mempelajari materi atau konten di luar kelas atau di rumah secara mandiri melalui internet kemudian melakukan diskusi atau active learning di kelas. Guru mengarahkan peserta didik untuk belajar menggunakan portal rumah belajar dengan menggunakan fitur sumber belajar sehingga peserta didik lebih memanfaatkan gawai dan koneksi internetnya untuk kegiatan belajar di rumah. Oleh karena itu, penulis merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai penerapan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar terhadap peningkatan hasil belajar IPA peserta didik di SDN 6 Lubuk Besar

Konsep dari Flipped Classsroom pada dasarnya berasal dari universitas Harvard pada tahun 1990 di mana Eric Mazur (1991) menyatukan pembelajaran berbasis komputer untuk menuntun mahasiswa kelas fisika nya belajar di luar kelas.  Flipped classroom merupakan suatu cara yang dapat diberikan pendidik dengan meminimalkan jumlah intruksi langsung dalam praktik mengajar sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain (Johnson: 2013). Flipped classroom merupakan metode pembelajaran terbalik di mana pembelajaran yang seharusnya dilakukan di kelas, maka dilaksanakan oleh peserta didik di rumah. Misalnya dengan menonton video pembelajaran terkait materi, membaca modul terkait materi di rumah kemudian ketika di kelas peserta didik dapat lebih interaktif dalam berdiskusi terkait materi yang telah dipelajari di rumah.

 

Dalam melaksanakan pembelajaran terbalik (flipped classroom) maka guru harus memperhatikan 4 pilar keterlaksanaan dari flipped classroom, antara lain:

Fleksibel Environment (lingkungan yang fleksibel)

Pada flexible environtment ini guru memberikan keleluasan kepada peserta didik untuk berinteraksi dan merefleksikan hasil pembelajarannya. Namun guru tetap harus memonitor dan memberikan arahan atas cara belajar siswa terhadap konten.

 

Learning Culture Shift (Mengubah Gaya Belajar)

Pada pilar yang kedua ini, peserta didik mendapat kesempatan untuk mendapatkan pengalaman bermakna dalam kegiatan belajarnya tanpa berpusat kepada guru. Pada dasarnya inti dari pilar kedua ini adalah guru harus mengubah konsep belajar siswa dari berpusat kepada guru menjadi berpusat kepada peserta didik.

Intentional Content (Konten yang disengaja atau direncanakan)

Guru harus mempersiapkan konsep pada pilar ketiga ini untuk dapat diakses oleh peserta didik, misalnya melalui menentukan video pembelajaran, atau memberikan link e-modul yang dapat diakses oleh peserta didik di rumah.

Professional Educators  (Pendidik Profesional)

Guru harus menempatkan dirinya sebagai pendidik professional baik bagi peserta didik sebagai individu, kelompok kecil atau dalam lingkup kelas dengan melakukan penilaian formatif, merekam data untuk instruksi masa depan dan bertanggung jawab dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran flipped classroom dibagi dalam 3 fase kegiatan meliputi kegiatan pertama dinamakan dengan kegiatan pre class. Pada fase ini, peserta didik diarahkan untuk melaksanakan kegiatan seperti menonton video pembelajaran, atau membaca buku dan e-modul, kemudian mencatat hal-hal yang kurang jelas atau ingin didiskusikan di kelas.  Fase kedua yaitu in class. Dalam fase ini,  peserta didik berkolaborasi, berdiskusi, dan bertanya pada guru atau anggota kelompok mengenai materi pelajaran. Seluruh peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga dapat terlibat aktif untuk melakukan pendekatan sehingga dapat mengukur apa yang telah dilaksanakan oleh peserta didik di rumah terkait dengan pembelajaran. Pada fase ketiga yaitu out class. Pada fase ini peserta didik sudah dapat menghubungkan materi yang didapatkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

 

Portal Rumah Belajar

Rumah belajar adalah salah satu portal pembelajaran berbasis TIK online yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom). Pustekkom adalah salah satu unsur pendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang Teknologi informasi dan Komunikasi pendidikan dan kebudayaan yang bertanggung jawab kepada menteri melalui Sekretariat Jenderal sesuai dengan Permendikbud RI no 11 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom: 2018)

Portal rumah belajar menyediakan fitur  utama dan fitur pendukung. Fitur utama dalam portal rumah belajar, seperti sumber belajar, Buku Sekolah Elektronik, Bank Soal, Kelas Maya, Laboratorium Maya, Peta budaya, Wahana Jelajah Angkasa dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Flipped classroom yang berbasis rumah belajar akan memanfaatkan sumber belajar, buku sekolah elektronik, kelas maya dan bank soal untuk interaksi dan kegiatan pembelajaran pre class yang dilaksanakan oleh peserta didik.

 

Hasil Belajar IPA

              Dimyati dan Moedjiono (2013) menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar. Selanjutnya disebutkan ciri-ciri belajar ada tiga yaitu: 1) hasil belajar memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap dan cita-cita, 2) adanya perubahan mental dan jasmani, dan 3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring.

              Hasil belajar adalah keseluruhan hasil proses pembelajaran yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu yang ditandai dengan adanya kemampuan penguasaan konsep, perubahan sikap dan perilaku siswa serta mampu dan terampil mempraktikkan/menerapkan baik secara individu maupun secara bersama-sama dalam kehidupan bermasyarakat, dan bernegara.

 

TUJUAN PENELITIAN

 

Berdasarkan latar belakang penelitian dan tinjauan pustaka yang ada, peneliti bertujuan melaksanakan penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran ekonomi bagi siswa SDN 6 Lubuk Besar dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom berbasis Portal Rumah Belajar. Melalui inovasi dalam model pembelajaran di kelas diharapkan peserta didik di SDN  6 Lubuk Besar tumbuh motivasi belajarnya yang kemudian akan berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik khususnya untuk mata pelajaran IPA.

 

METODE PENELITIAN

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal kelas yang akan diberi tindakan, yaitu kelas 5A SDN 6 Lubuk Besar tahun pelajaran 2020/2021 Semester 1.

Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti yaitu Penggunaan Model Pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi pada materi permintaan dan penawaran.

Untuk mengungkap kondisi awal dari kelas yang menjadi objek tindakan kelas ini maka peneliti melakukan observasi langsung. Peneliti menyiapkan alat tes yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan penguasaan awal materi.

Untuk mengukur kemampuan awal siswa dilaksanakan  observasi di kelas 5A SDN 6 Lubuk Besar. Pada pembelajaran ini peneliti memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Kemudian peneliti mengawasi dan mencatat siswa yang aktif dan yang tidak aktif serta mencontoh jawaban dari teman, juga siswa yang sudah menguasai, belum menguasai dan sedikit menguasai materi. Setelah selesai dengan waktu yang sudah ditentukan, lalu membahas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari tiap siswa dan siswa juga yang menjawab. Peneliti memberikan penjelasan bagi yang belum tepat dalam menjawab dan memberi penjelasan tambahan agar siswa lebih mengusai materi itu, peneliti terus mencatat semua kegiatan dalam kelas. Setelah selesai kegiatan belajar tadi yang terakhir diberikan post test. Pada pelaksanaan post test ini siswa mengerjakan soal diberi waktu selama 35 menit.

Hasil test dari 28 siswa didik yang ada di kelas tersebut didapatkan hasil: 2 siswa mendapatkan nilai kurang dari 50, 12 siswa mendapatkan nilai antara 50 hingga 64, sedangkan siswa yang telah tuntas atau mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ada 14 siswa. Dari paparan hasil nilai yang didapatkan siswa maka tampak bahwa yang mencapai ketuntasan belaiar hanya 50,00%.

Dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengangkat kemampuan penguasaan materi pelajaran IPA dari siswa kelas 5A SDN 6 Lubuk Besar. Berdasarkan tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap siswa, terungkap bahwa siswa mempunyai kelemahan pada pengembangan skill pengerjaan suatu masalah penyelesaian materi karena kurang memahami konsep dan kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar, serta kurang berlatih dalam menyelesaikan soal soal. Bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merencanakan tindakan penelitian dengan menerapkan pembelajaran model flipped classroom pada pembelajaran IPA di kelas 5 SDN 6 Lubuk Besar

 

HASIL DAN PEMBAHASAN   

Hasil Penelitian

Peneliti melaksanakan dua kali siklus dalam penelitian ini. Sebelum melaksanakan siklus pertama, peneliti terlebih dahulu telah melaksanakan observasi. Berdasarkan hasil observasi, peneliti mulai melaksanakan tahap siklus satu dan menerapkan model pembelajaran flipped classroom. Guru mengarahkan peserta didik  untuk menggunakan portal rumah belajar yang dapat diakses di luar kelas. Setelah mengarahkan peserta didik melalui portal rumah belajar khususnya fitur sumber belajar di mana guru membagikan link video pembelajaran dan sumber belajar yang dipelajari di rumah, maka pada pelaksanaan pembelajaran di kelas guru mengarahkan peserta didik untuk berdiskusi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan pos test terkait materi pelajaran. Berdasarkan hasil post test, terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dibandingkan sebelum diberikan tindakan berupa penggunaan model pembelajaran flipped classroom.

Kemudian peneliti melaksanakan siklus kedua, di mana pembelajaran tetap menggunakan model pembelajaran flipped classroom dan menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang sama. Sama seperti pada siklus I, peneliti memberikan post test pada akhir pembelajaran di mana hasil belajar peserta didik lebih meningkat lagi dibanding siklus I.

Hasil belajar peserta didik dari tahap observasi, siklus I dan siklus II tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hasil Observasi siklus I dan siklus II

No
Aspek Yang di Observasi
Observasi
Siklus 1
Siklus II

1

Siswa yang aktif mengikuti pembelajaran

12

20

22

2

Siswa yang aktif bertanya

10

18

23

3

Siswa yang aktif mengemukakan pendapat

8

14

19

4

Siswa yang berani mengerjakan di depan kelas

5

12

16

 

Pada saat observasi, aktivitas siswa di kelas yang aktif mengikuti pelajaran sebanyak 12 orang, siswa yang aktif bertanya sebanyak 10 orang, siswa Siyang aktif mengemukakan pendapat sebanyak 8 orang, dan siswa yang berani mengerjakan soal di depan kelas sebanyak 5 orang. Pada tahap siklus I dan II, terjadi peningkatan aktivitas siswa di kelas, di mana siswa yang aktif mengikuti pelajaran meningkat menjadi 20 siswa pada siklus I dan 22 siswa pada siklus II, siswa yang aktif bertanya meningkat menjadi 18 siswa pada siklus I dan 23 siswa pada siklus II. Siswa yang aktif mengemukakan pendapat meningkat menjadi 14 siswa pada siklus I, dan 19 siswa pada siklus II. Siswa yang berani mengerjakan soal di depan kelas meningkat menjadi 12 orang pada siklus I dan 16 orang pada siklus II.

Tabel 2. Hasil Post Test Materi

No
Nilai
Observasi
Siklus 1
Siklus II

1

0 - 49

2

1

0

2

50 – 64

12

10

5

3

65 – 79

12

13

11

4

80 – 100

2

5

10

5

Nilai rata-rat kelas

63,92

74,03

79,61

6

Presentase Ketuntasan

50,00%

69,23 %

80,77%

 

Pada saat observasi sebelum dilaksanakan tindakan model pembelajaran flipped classroom, siswa yang mendapat nilai antara 0-49 sebanyak 2 siswa. Siswa yang mendapat nilai 50-64 sebanyak 12 orang, siswa yang mendapat nilai 65-79 sebanyak 12 orang dan siswa yang mendapat nilai 80-100 sebanyak 2 orang. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 63, 92 dan presentase ketuntasan belajar materi permintaan dan penawaran sebesar 50%. Sementara setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran menggunakan model flipped classroom terjadi peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil postest di mana siswa yang mendapat nilai 0-49 sebanyak 1 orang pada siklus I dan turun menjadi tidak ada siswa yang memperoleh nilai 0-49 pada siklus II. Siswa yang mendapat nilai antara 50-64 sebanyak 10 siswa pada siklus I dan 5 siswa pada siklus II. Siswa yang mendapat nilai 65-79 sebanyak 13 siswa pada siklus I dan 11 siswa pada siklus II. Dan siswa yang mendapat nilai antara 80-100 sebanyak 5 siswa pada siklus I dan 10 siswa pada siklus II. Nilai rata-rata siswa meningkat dari 74,03 pada siklus I menjadi 79,61 siswa pada siklus II. Sedangkan presentase ketuntasan meningkat dari 69,23% pada siklus I menjadi 80,77% pada siklus II.

 

Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Sebelum dilaksanakan siklus I, peneliti melakukan kegiatan observasi di kelas 5 pada mata pelajaran IPA materi Sistem Peredaran Darah. Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa hasil belajar IPA kelas 5 SDN 6 Lubuk Besar masih sangat rendah. Dari hasil observasi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah guru masih belum mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mengaktifkan siswa dalam belajar.

 

Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini peneliti melakukan tindakan yang meliputi menyiapkan silabus materi pembelajaran dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Membuat lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar dengan penyusunan tahap demi tahap yang membawa siswa dalam penernuan masalah. Membuat alat evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan data kemampuan siswa setelah mendapatkan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom. Membuat solusi dan Iangkah berkaitan kelemahan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Pelaksanaan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada siswa tentang kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan. Peneliti memberikan penjeiasan tentang pokok bahasan yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.

Sebelum masuk pada materi di kelas, guru memberikan sosialisasi I mengenai pemanfaatan portal rumah belajar dan kaitannya dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom. Setelahnya guru dapat memberikan link untuk siswa mendapatkan konten web maupun konten video pembelajaran di fitur sumber belajar..

Ketika siswa telah melaksanakan pembelajaran di rumah secara daring, pada kelas tatap muka maka guru melaksanakan pembelajaran melalui diskusi kelompok dengan diawali koordinasi peserta didik untuk menemukan masalah dan pemecahan masalahnya.  Saat peserta didik berdiskusi, guru melakukan pengamatan serta memberikan jalan tengah jika terdapat kebingungan pada peserta didik. Peserta didik lebih aktif dalam berdiskusi karena mereka telah membangun pengetahuan awal mengenai materi yang didiskusikan melalui pembalajaran secara daring dalam portal rumah belajar.

Peserta didik tetap diberikan kesempatan untuk tampil ke depan mempresentasikan hasil diskusinya guna mengembangkan keterampilan abad 21 bagi peserta didik yaitu keterampilan mengkomunikasikan.

Pada akhir pengajaran yaitu 35 menit terakhir dari pembelajaran peneliti memberikan post test yang harus diselesaikan oleh seluruh siswa secara individual.soal post test yang diberikan kepada siswa dikembangkan sesuai dengan indicator pencapaian kompetensi yang telah terlebih dahulu disusun oleh peneliti.

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, maka dilaksanakan perbaikan pada kegiatan perencanaan di siklus II. Pada siklus II secara umum kegiatan pembelajaran dengan model flipped classroom tetap dilaksanakan seperti yang telah dilaksanakan pada siklus I. ada beberapa hal yang diubah pelaksanaannya dalam siklus II. Bentuk perubahan tindakan yang dilakukan pada siklus II yaitu, setiap pertemuan peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya dan siswa diminta lebih aktif dan kooperatif dalam proses pembelajaran. Intraksi peneliti dengan siswa lebih diintensifkan, peneliti memberikan bimbingan kepada siswa yang belum memahami materi atau dengan tutor sebaya. Kemudian siswa diberikan evaluasi tentang penguasaan materi dalam waktu 1 jam pelajaran atau 35 menit.

Berdasarkan hasil ulangan tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Didapatkan hasil yang sesuai dengan indikator pencapaian hasil yang diharapkan karena dari 28 siswa yang ada dalam kelas 5 SDN 6 Lubuk Besar hanya terdapat 5 siswa yang mendapatkan nilai dibawah batas ketuntasan minimal, sehingga prosentasi siswa yang telah tuntas adalah 79,60 %.

Penerapan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar  ini telah mampu meningkatkan hasil belajar ekonomi pada kelas 5 SDN 6 Lubuk Besar. Dilihat dari data nilai/skor maksimum dan minimum serta rata-rata tampak bahwa siswa secara bertahap mampu meningkatkan hasil belajarnya melalui kegiatan belajar di kelas.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Hanif: 2016). Dalam penelitian ini, yang menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar Sistem Operasi dengan menggunakan model pembelajaran Flipped Classroom berbantuan edmodo.

 

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, setelah dilaksanakan tindakan penelitian dikelas 5 SDN 6 Lubuk Besar dengan menerapkan model pembelajaran flipped classroom berbasis portal rumah belajar maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar IPA khususnya materi Sistem Peredaran darah. Berdasarkan hasil wawancara, menurut peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran flipped classroom, mereka lebih siap dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran di kelas karena telah memiliki konsep yang mereka dapatkan dari kegiatan pembelajran di rumah. Aktivitas pembelajaran di kelas pun menjadi lebih aktif dan bermakna sesuai dengan harapan pembelajaran abad 21 yang sedang marak digaungkan di dunia pendidikan.

Secara kuantitatif hasil belajar siswa meningkat di mana nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79,66 dan presentase ketuntasan kelas meningkat menjadi 80,77%.

 

Saran

Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, ada beberapa saran antara lain: 1) guru sebaiknya kreatif dalam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, 2) guru selalu memberikan motivasi kepada peserta didik untuk terus belajar menggunakan model pembelajaran flipped classroom, 3) sekolah terus meningkatkan sarana dan prasarana pendukung TIK dalam pembelajaran yang berbasis TIK.

 

 

 

DAFTAR RUJUKAN

 

Abeysekera, Lakmal and Dawson, Phillip. 2015. Motivation and cognitive load in the flipped classroom: definition, rationale and a call for research. Higher education research & development, vol. 34, no. 1, pp. 1-14.

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Graziano, K. 2016. Flipped classroom: Making the connections and finding the balance. In S. Bryans-Bongey, & K. Graziano (Eds.), Online Teaching in K-12: Models, methods, and best practicesforteachers and administrators (pp.131-146). Information Today Inc.

Hanif, Husni Nadya. 2016. Perbandingan antara Model Pembelajaran Flipped Classroom Berbantuan Edmodo dengan Pembelajaran Konvensional terhadap Hasil Belajar Sistem Operasi (Eksperimen Kelas X SMK 1 Banyudono). Skripsi Tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Johnson, Graham Brent. 2013. Student Perceptions Of The Flipped Classroom. Columbia: The University Of British Columbia

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:: Alfabeta.

Yamin, Martinis. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada.

Kemdikbud. 2018. Rumah belajar rumah masa depan pendidikan Indonesia. http://pena.belajar.kemdikbud.go.id